Sabtu, 01 Juli 2017

Psikologi Pendidikan: Pedagogi dan Andragogi

Pedagogi dan Andragogi

Pengertian

Andragogi adalah teori yang menjelaskan metode spesifik yang harus digunakan dalam pendidikan orang dewasa. Baik secara konseptual maupun praktikal, andragogi berlaku bagi segala bentuk pembelajaran orang dewasa dan telah digunakan secara luas dalam rancangan program pelatihan organisasi, khususnya untuk domain keterampilan lunak (soft skill), seperti pengembangan manajemen. Dengan demikian aplikasi andragogi berlaku di ruang-ruang kursus, pelatihan, pembekalan, pembimbingan khusus, bimbingan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional dan profesional, pemberantasan buta aksara, keaksaraan fungsional, dan lain-lain. Knowles (1984) memberikan contoh penerapan prinsip-prinsip andragogi dengan desain pelatihan seperti berikut ini:
  • Ada kebutuhan untuk menjelaskan mengapa hal-hal tertentu yang diajarkan, misalnya, perintah tertentu, fungsi, operasi, dan lain-lain.
  • Pengajaran harus berorientasi pada tugas yang bermakna, bukan menghafal. Kegiatan belajar harus berada dalam konteks tugas umum yang akan dilakukan.
  • Pengajaran harus mempertimbangkan berbagai latar belakang yang berbeda dari peserta didik, bahan belajar dan kegiatan harus memungkinkan berbagai tingkat atau jenis pengalaman sebelumnya.
  • Karena orang dewasa cenderung mandiri, pengajaran harus memungkinkan pembelajar menemukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, memberikan bimbingan dan bantuan ketika ada kesalahan yang dibuat. 
Asumsi-asumsi Knowles bagi pembelajaran orang dewasa:
  1. Kebutuhan untuk tahu. Peserta didik atau pelajar dewasa perlu mengetahui mengapa mereka harus mempelajari sesuatu sebelum melakukan untuk mempelajarinya.
  2. Konsep diri. Peserta didik atau pelajar dewasa harus bertanggung jawab atas keputusan mereka sendiri dan harus diperlakukan sebagai diri pribadi yang mampu menentukan arah dirinya.
  3. Peran pengalaman belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa memiliki berbagai pengalaman hidup yang merupakan sumber terkaya baginya. Namun demikian, pengalaman ini diilhami dengan bias dan prasangka.
  4. Kesiapan untuk belajar. Peserta didik atau pelajar dewasa siap untuk belajar hal-hal yang perlu mereka ketahui agar dapat mengatasi secara efektif situasi kehidupannya.
  5. Orientasi belajar. Peserta didik atau orang dewasa termotivasi untuk belajar apabila mereka merasa bahwa materi yang dipelajari akan membantu mereka menjalankan tugas-tugas yang dihadapinya sesuai dengan situasi kehidupan mereka.
Pedagogi adalah orang dewasa yang mandiri dan mengharapkan untuk mengambil tanggung jawab atas keputusannya sendiri. Program pembelajaran orang dewasa harus mengakomodasi aspek fundamental, yang berbeda dengan pembelajaran bagi anak-anak.

Perbedaan Pedagogi dan Andragogi
Malcolm S. Knowles (1970) membedakan kedua disiplin ilmu andragogi dan pedagogi :

Psikologi Pendidikan: Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling Sekolah
Terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada siswa dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungan

- Pengertian Bimbingan dan Konseling
  • Bimbingan merupakan suatu upaya pemberian bantuan kepada peserta didik dalam mencapai perkembangan optimal yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.
  • Konseling merupakan layanan utama bimbingan dalam upaya membantu individu agar mampu mengembangkan diri dan mengatasi masalah melalui hubungan tatap muka atau melalui media, baik secara perorangan maupun kelompok.
Ragam bimbingan menurut masalah
  1. Bimbingan Akademik
Diarahkan untuk membanyu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah akademik:
  • Pengenalan kurikulum
  • Pemilihan jurusan
  • Cara belajar
  • Penyelesaian tugas dan latihan
  • Pencarian dan penggunaan sumber belajar

     2.  Bimbingan Sosial Pribadi

Membantu siswa memecahkan masalah sosial pribadi:
  • Hubungan sesama teman
  • Hubungan dengan guru dan staf
  • Pemahaman sifat
  • Penyesuaian dengan lingkungan pendidikan dan masyarakat
  • Penyelesaian konflik

     3.  Bimbingan Karir

Membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah karir:
  • Pemahaman terhadap jabatan, tugas kerja
  • Pemahaman kondisi dan kemampuan diri
  • Pemahaman kondisi lingkungan
  • Perencanaan dan pengembangan karir
  • Penyesuaian pekerjaan
  • Pemecahan masalah karir yang dihadapi
Tujuan Bimbingan
  • Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan masa yang akan datang.
  • Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki seoptimal mungkin.
  • Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan.
  • Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat maupun lingkungan kerja.
Fungsi Bimbingan
  • Pemahaman, membantu siswa memahami potensi yang dimilikinya.
  • Preventif, mengantisipasi masalah dan berusaha mencegahnya.
  • Pengembangan, berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
  • Perbaikan (penyembuhan), membantu siswa yang telah memiliki masalah.
  • Penyaluran, membantu siswa memilih kegiatan pemantapan penguasaan karir.
  • Adaptasi, memilih metode pendidikan sesuai dengan kemampuan individu.
  • Penyesuaian, membantu siswa menyesuaikan diri dengan program pendidikan.
Prinsip-prinsip Bimbingan
  • Bimbingan diperuntukkan bagi semua individu baik bermasalah maupun tidak,
  • Bimbingan bersifat individualisasi yang memandang setiap individu itu unik,
  • Bimbingan menekankan hal yang positif yang membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri,
  • Bimbingan merupakan usaha bersama dimana konselor, guru-guru dan kepala sekolah saling bekerjasama,
  • Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan,
  • Bimbingan berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan dimana bimbingan tidak hanya dapat berlangsung di sekolah.
Jenis Layanan Bimbingan
  • Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya sebagai usaha untuk mengetahui diri individu seluas-luasnya dan latar belakang lingkungannya.
  • Penyajian informasi yang menyajikan informasi mengenai berbagai aspek kehidupan yang diperlukan individu. Orientasi (Orientation - Cara belajar, pergaulan). Artikulasi (Articulation - khusus untuk calon siswa), dll.
  • Konseling merupakan layanan terpenting dalam program bimbingan yang memfasilitasi individu memperoleh bantuan pribadi secara langsung.
  • Penempatan (Placement) dan Tindak lanjut (Follow-up; khusus untuk alumni): pilihan kegiatan ekstrakurikuler, pilihan program studi, tindak lanjut, dll.
  • Konsultasi (Consultation): dengan petugas administrasi sekolah, dengan staf pengajar, dengan orangtua siswa (secara individual atau dalam bentuk pertemuan dengan para orangtua).
  • Penilaian dan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tujuan apa saja yang telah dicapai dari program yang dilaksanakan.
Asas Bimbingan dan Konseling
  • rahasia,
  • sukarela,
  • terbuka,
  • kegiatan,
  • mandiri,
  • kini,
  • dinamis,
  • terpadu,
  • harmonis,
  • ahli (menggunakan kaidah-kaidah profesional),
  • ahli tangani kasus (memberikan kepada yang lebih ahli),
  • tut wuri handayani (mengayomi).
Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif
Muro dan Kottman (1995) mengemukakan bahwa struktur program bimbingan dan konseling komprehensif diklasifikasikan ke dalam empat jenis layanan:
  1. Layanan dasar bimbingan yang diberikan melalui kegiatan kelas atau di luar kelas dalam membantu siswa mengembangkan potensi secara optimal.
  2. Layanan responsif yang diberikan kepada siswa yang memiliki masalah yang memerlukan bantuan dengan segera.
  3. Layanan perencanaan individual yang diberikan kepada semua siswa agar dapat membuat perencanaan masa depan.
  4. Dukungan sistem yang memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar layanan.
 Pendekatan Bimbingan
  • Pendekatan Krisis, membantu individu yang datang sesuai dengan masalah yang dihadapinya dengan lebih menggunakan pendekatan psikoanalisa.
  • Pendekatan Remedial, membantu memperbaiki kesulitan dan kelemahan individu dengan lebih menggunakan pendekatan behavioristik.
  • Pendekatan Preventif, mengajarkan pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah dan mengantisipasi masalah.
  • Pendekatan Perkembangan, menggunakan teknik pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial, dan konseling.
Kualitas Pribadi Konselor
Karakteristik kualitas pribadi konselor:
  • pemahaman diri (mengetahui masalah yang harus diselesaikan),
  • kompeten,
  • kesehatan psikologis,
  • dapat dipercaya,
  • jujur,
  • kekuatan (agar klien merasa aman),
  • bersikap hangat,
  • ative responsiveness (bersifat dinamis),
  • sabar,
  • kepekaan (menyadari masalah yang tersembunyi pada klien),
  • kesadaran holistic (memahami klien secara utuh).

Psikologi Pendidikan: Pengelolaan Kelas

Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar efektif di dalam kelas. Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). 

Enam Karakteristik  yang Merefleksikan Kompleksitas dan Potensi Problem dalam Menganalisis Lingkungan Kelas menurut Walter Doyle (1986):
- Kelas adalah multimensional, artinya kelas adalah setting untuk banyak aktivitas, mulai dari aktivitas  akademik seperti membaca, menulis, dan matematika, sampai aktivitas sosial, seperti bermain, berkomunikasi dengan teman, dan berdebat.

- Aktivitas terjadi secara simultan, artinya banyak aktivitas kelas terjadi secara simultan seperti saat satu klaster murid mengerjakan tugas menulis, yang lainnya mendiskusikan suatu cerita bersama guru, dan murid lainnya mengerjakan tugas yang lain dan seterusnya.

- Hal-hal terjadi secara cepat, artinya kejadian sering kali terjadi di dalam kelas dan membutuhkan respons cepat. Misalnya, dua orang murid yang berdebat tentang kepemilikan sebuah buku catatan ataupun ketika seorang murid lain mengeluh bahwa murid lain menyontek jawabannya.

- Kejadian sering kali tidak bisa diprediksi, artinya meskipun kita telah membuat rencana dengan hati-hati dan rapi, kemungkinan besar akan muncul kejadian di luar rencana seperti seorang murid yang sakit atau dua murid yang berkelahi.

- Hanya ada sedikit privasi, artinya kelas adalah tempat publik di mana murid melihat bagaimana guru mengatasi masalah, melihat kejadian tidak terduga, dan mengalami frustasi.

- Kelas punya sejarah, artinya murid punya kenangan tentang apa yang terjadi di kelas pada waktu dahulu. Karena masa lalu memengaruhi masa depan, adalah penting bagi guru untuk mengelola kelas dengan cara yang mendukung ketimbang melemahkan pembelajaran esok hari.

Tujuan dan Strategi Manajemen
- Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan.
- Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.
- Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar efektif.
- Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya. 

Prinsip Penataan Kelas
- Kurangi kepadatan di tempat lalu-lalang. 
- Pastikan bahwa Anda dapat dengan muda melihat semua murid.
- Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah diakses.
- Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas.

Gaya Penataan
- Gaya auditorium, yakni gaya susunan kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.
- Gaya tatap muka, yakni gaya susunan kelas di mana murid saling menghadap.
- Gaya off-set, yakni gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku, tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya seminar, yakni gaya susunan kelas di mana sejumlah besar murid (sepuluh atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.
- Gaya klaster, yakni gaya susunan kelas di mana sejumlah murid (biasanya empat sampai delapan anak) bekerja dalam kelompok kecil.

Strategi Umum
- Menggunakan Gaya Otoritatif

  • Gaya manajemen kelas otoritatif; berasal dari gaya parenting menurut Diana Baumrind (1971, 1996). Strategi manajemen kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid.
  • Gaya manajemen kelas otoritarian; adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka.
  • Gaya manajemen kelas yang permisif; memberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka.
- Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif
  • Menunjukkan seberapa jauh mereka 'mengikuti'.
  • Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif.
  • Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
  • Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.

Sumber :
Santrock, J. W. (2007). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Prenada Media Group